"Kelestarian tenunan Helong adalah bukti perjuangan perempuan Helong merawat budaya Helong dari kepunahan"
Bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila pada 1 Juni 2023, Komunitas Penjaga Budaya Helong menyelenggarakan Festival Budaya Helong II. Festival ini mengusung tema Mari Bersama Mengenal Budaya Helong. Tujuan festival ini untuk melestarikan budaya Helong dan melawan punah. Suku Helong adalah salah satu suku di pulau Timor yang menempati wilayah Kupang. Festival Budaya Helong II dilakukan di Uibona, Kolhua. Lokasi Festival berada dekat dengan Ume Kleo (rumah adat suku Helong).
(Perempuan Helong dan Ume Kleo)
Festival ini mempersembahkan tutur sejarah, tenun Helong, musik dan tari, basan/natoni, kuliner lokal, pangan lokal dan pameran kriya. Perempuan suku Helong disebut bihata. Buah tangan Perempuan Helong dapat dilihat dari hasil tenunan yang dipajang dalam setiap pameran karya.
Tenunan suku Helong umumnya bermotif belah ketupat. Tenunan dengan motif ini digunakan dalam acara-acara adat dan acara penting lainnya. Motif ini memiliki makna keberagaman marga masyarakat Helong dan melambangkan kekeluargaan.
(Salempang Suku Helong yang dipamerkan pada Festival Budaya Helong II)
Hasil tenunan yang di pamerkan berupa sarung dan salempang yang dalam bahasa Helong disebut seman dan po'uk. Sarung untuk laki-laki disebut seman atuli dan dan sarung untuk perempuan disebut seman bihata.
Warna kain tenun suku Helong adalah campuran hitam, merah maron, putih, dan kuning. Dulunya, pewarna kain tenun diambil dari alam dan benangnya berasal dari kapas. Namun, kapas sudah jarang ditemui sehingga masyarakat menggunakan benang dan pewarna sintesis. Untuk mengikat pewarna benang dan mempertahankan warna kain agar tidak luntur, sejak dulu perempuan Helong menggunakan Khoma (lumpur) yang diambil dari Ui Kenka (air genoak).
Jenis tenunan suku Helong adalah tenun ikat. Dalam bahasa Helong tenun ikat disebut Hutus. Tenunan ikat adalah tenunan yang dibuat dengan proses mengikat benang. Selain Hutus, ada jenis tenunan yg tidak melalui proses ikat. Jenis tenunan ini (dalam bahasa Helong) disebut Insoe.
Tenunan hanya dikerjakan oleh perempuan dan membutuhkan waktu yang lama. Kelestarian tenunan suku Helong adalah bukti perjuangan perempuan merawat budaya Helong dari kepunahan.
Selain kain adatnya, ada stand menenun oleh kelompok penenun. Kerennya, kelompok penenun ini terdiri dari perempuan yang berusia anak, remaja hingga dewasa. Perempuan kelompok ini memperlihatkan kemampuan mereka dalam menenun.
(Lea, salah satu anggota kelompok menenun suku Helong yang tampil dalam festival ini)
Tarian Lupu juga dipentaskan dalam festival kali ini. Tarian Lupu adalah tarian tentang kebersamaan masyarakat Helong pada zaman dahulu yang bergotong royong ketika membangun ladang baru atau membangun rumah. Tarian ini juga dilakukan saat proses merontokkan padi yang dipanen dengan menggunakan kaki. Difestival ini anak-anak membawakan tarian Lupu dengan berpakaian adat, saling bergandeng tangan dan membentuk lingkaran lalu menari sambil menghentakkan kaki. Tarian Lupu telah tercatat dalam Rekor MURI.
(Tarian Lupu yang dibawakan oleh anak-anak suku Helong)
Dalam festival ini juga dipamerkan beberapa tumbuhan obat-obatan tradisional yang digunakan masyarakat suku Helong.
(Tumbuhan obat yang digunakan masyarakat suku Helong)
Selain itu, ada stand pangan lokal dari masyarakat suku Helong. Tanah yang subur dan alam yang masih alami menghasilkan padi, sayur-sayuran hijau, kelapa, pisang, pinang, siri, kacang-kacangan, bunga tumbuhan gala-gala, singkong dan lainnya. Hasil bumi ini diolah perempuan untuk kehidupan generasi berikutnya.
(Pangan lokal masyarakat suku Helong)
Gong dan gendang dipamerkan sebagai barang-barang antik dan alat musik dari suku Helong. Gong dan gendang adalah alat musik tradisional yang mengiringi tarian tradisional suku Helong.
(Gong dan gendang, alat musik tradisional Suku Helong)
Difestival ini pengunjung juga berkesempatan belajar menganyam bersama Perempuan suku Helong. Anyaman yang dibuat berupa ketupat (bentuk segitiga, jantung dan balok). Di stand menganyam ini dipamerkan beberapa anyaman seperti nyiru, bakul, kipas, tikar, dan ketupat.
(Pengunjung diajari menganyam oleh Perempuan Helong)
Kuliner lokal juga disajikan dalam festival ini. Selain menikmati pameran kriya, pengunjung berkesempatan menyantap kuliner lokal. Kuliner lokal berupa ketupat, jagung bose, ubi rebus, pisang rebus, sayur singkong dan sambal. Ketupat sering disajikan saat acara-acara seperti ini. Jagung bose adalah masakan khas masyarakat Timor.
(Masakan lokal di festival Budaya Helong II)
Stand foto juga disediakan bagi pengunjung yang ingin berfoto. Pada kesempatan ini kami berfoto ria menggunakan sarung dari suku Helong.
(Foto bersama dengan latar Ume Kleo)
Penulis : Unny
Editor : Lya Bistolen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar